MENINGITIS Pada ANAK
a. Pengertian
Meningitis bakterial adalah suatu keadaan dimana meningens
atau selaput dari otak mengalami inflamasi oleh karena bakteri (Marilynn E. Doenges;2000;76).
b. Etiologi dan karakteristik
Infeksi/ keadaan inflamasi dari meningens ini lebih sering
disebabkan oleh beberapa bakteri berikut, antara lain; Haemophilus Influenzae (tipe B), naisseria meningitidis (meningococus), dan streptokokus (Marilynn E. Doenges;2000;76).
Bakterial meningitis adalah manifestasi yang muncul akibat
adanya bakteri yang melakukan invasi didalam selaput otak. Invasi bakteri ke
otak dapat terjadi secara langsung maupun tak langsung. Invasi bakteri secara
tak langsung dapat berupa adanya pencetus sebelumnya seperti pneumonia, otitis
media, sinusitis dimana bakteri ikut didalam aliran darah dan mencapai selaput
otak serta mengadakan invasi.
Invasi bakteri dapat secara langsung misalnya adanya trauma
kepala, luka tembus atau adanya intervensi operasi sehingga bakteri dapat
langsung mengenai selaput otak.
c. Manifestasi klinis
Penyakit ini biasanya dimanifestasikan dalam bentuk adanya
infeksi general pada umumnya seperti demam, mungkin juga didapati adanya sakit
kepala yang hebat, photophobia, kaku kuduk, didapatinya tanda kernig dan tanda
brudzinski.
d. Terapi dan Penatalaksanaan
Terapi pilihan pada bayi yang telah mengalami meningitis
bakterial dengan komplikasi hidrocephalus adalah dilakukan pembedahan dengan
tujuan untuk pemasangan shunt guna mengalirkan cerebrospinal fluid yang
tersumbat di dalam otak. Ada
beberapa jenis shunt antara lain (VP) ventrikulo peritoneal shunt dan (VA)
ventriculoatrial shunt.
Penatalaksanaan pada bayi dengan hidrocehalus adalah
pemberian posisi head up dan pengawasan pemberian cairan yang adekuat.
e. Tanda dan gejala yang muncul
Demam, sakit kepala, lethargy, muntah, ubun-ubun yang
cembung, photopobia, malas atau tidak mau minum, tangisan yang menjerit,
perubahan pada pupil (seringkali dilatasi), terdapatnya tanda kernig dan
brudzinski, apnea, peningkatan lingkar kepala dan terdapatnya perubahan
kesadaran.
Pada bayi yang sudah mengalami hidrocephalus mungkin
didapatkan peningkatan lingkar kepala, ubun-ubun yang cembung, sunset eye phenomen, muntah, malas
minum, lethargy dan perubahan tingkat kesadaran.
Pada pemeriksaan fisik mungkin juga didapati tachycardia,
tachypnea/ bradypnea, peningkatan tekanan darah, diaphoresis, peningkatan
diameter pupil (dilatasi).
f. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang lazim dilakukan adalah
pemeriksaan kultur/ biakan kuman; hasil yang didapatkan adalah biakan kuman (+)
sesuai dengan jenis kuman, pemeriksaan hitung darah (deferential count); laju
endap darah meningkat disertai dengan adanya leukositosis dan bisa juga
disertai dengan adanya thrombositopenia.
g. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul, tujuan dan intervensi
Diagnosa keperawatan
yang muncul adalah :
1.
Resiko terjadinya kejang ulang berhubungan dengan hiperthermi.
Tujuan
: Klien
tidak mengalami kejang selama berhubungan dengan hiperthermi
Kriteria hasil :
1.
Tidak terjadi serangan kejang ulang.
2.
Suhu 36,5 – 37,5 º C (bayi), 36 – 37,5 º C (anak)
3.
Nadi 110 – 120 x/menit (bayi)
100-110 x/menit (anak)
4.
Respirasi 30 – 40 x/menit (bayi)
24 – 28 x/menit (anak)
5.
Kesadaran composmentis
Rencana Tindakan :
1.
Longgarkan pakaian, berikan pakaian tipis yang mudah menyerap
keringat.
Rasional : proses konveksi akan terhalang oleh pakaian
yang ketat dan tidak menyerap keringat.
2.
Berikan kompres dingin
Rasional : perpindahan
panas secara konduksi
3.
Berikan ekstra cairan (susu, sari buah, dll)
Rasional : saat
demam kebutuhan akan cairan tubuh meningkat.
4.
Observasi kejang dan tanda
vital tiap 4 jam
Rasional : Pemantauan yang teratur menentukan tindakan
yang akan dilakukan.
5.
Batasi aktivitas selama anak panas
Rasional : aktivitas
dapat meningkatkan metabolisme dan meningkatkan panas.
6.
Berikan anti piretika dan pengobatan sesuai advis.
Rasional : Menurunkan
panas pada pusat hipotalamus dan sebagai propilaksis
2.
Resiko terjadinya trauma fisik berhubungan dengan kurangnya
koordinasi otot
Tujuan : Tidak
terjadi trauma fisik selama perawatan.
Kriteria Hasil :
1.
Tidak terjadi trauma fisik selama perawatan.
2.
Mempertahankan tindakan yang mengontrol aktivitas kejang.
3.
Mengidentifikasi tindakan yang harus diberikan ketika terjadi
kejang.
Rencana Tindakan :
1.
Beri pengaman pada sisi tempat tidur dan penggunaan tempat tidur
yang rendah.
Rasional : meminimalkan injuri saat kejang
2.
Tinggalah bersama klien selama fase kejang..
Rasional :
meningkatkan keamanan klien.
3.
Berikan tongue spatel diantara gigi atas dan bawah.
Rasional : menurunkan resiko trauma pada mulut.
4.
Letakkan klien di tempat yang lembut.
Rasional
: membantu menurunkan resiko injuri fisik pada ekstimitas ketika kontrol otot
volunter berkurang.
5.
Catat tipe kejang (lokasi,lama) dan frekuensi kejang.
Rasional
: membantu menurunkan lokasi area
cerebral yang terganggu.
6.
Catat tanda-tanda vital sesudah fase kejang
Rasional : mendeteksi secara dini keadaan yang
abnormal
3.
Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan hiperthermi yang ditandai
:
1.
Suhu meningkat
2.
Anak tampak rewel
Tujuan : Rasa
nyaman terpenuhi
Kriteria
hasil : Suhu tubuh 36 – 37,5º C, N ; 100 – 110 x/menit,
RR : 24 – 28
x/menit, Kesadaran composmentis, anak tidak rewel.
Rencana
Tindakan :
1. Kaji faktor – faktor
terjadinya hiperthermi.
Rasional : mengetahui penyebab terjadinya hiperthermi
karena penambahan pakaian/selimut dapat menghambat penurunan suhu tubuh.
2. Observasi tanda – tanda
vital tiap 4 jam sekali
Rasional : Pemantauan tanda vital yang teratur dapat
menentukan perkembangan keperawatan yang selanjutnya.
3. Pertahankan suhu tubuh
normal
Rasional : suhu tubuh dapat dipengaruhi oleh tingkat
aktivitas, suhu lingkungan, kelembaban tinggiakan mempengaruhi panas atau dinginnya
tubuh.
4. Ajarkan pada keluarga
memberikan kompres dingin pada kepala / ketiak .
Rasional : proses konduksi/perpindahan panas dengan suatu
bahan perantara.
5.
Anjurkan untuk menggunakan baju tipis dan terbuat dari kain katun
Rasional : proses hilangnya panas akan terhalangi oleh
pakaian tebal dan tidak dapat menyerap keringat.
6.
Atur sirkulasi udara ruangan.
Rasional : Penyediaan udara bersih.
7.
Beri ekstra cairan dengan menganjurkan pasien banyak minum
Rasional : Kebutuhan cairan meningkat karena penguapan
tubuh meningkat.
8.
Batasi aktivitas fisik
Rasional : aktivitas meningkatkan metabolismedan
meningkatkan panas.
4.
Kurangnya pengetahuan keluarga berhubungan dengan keterbatasan
informasi yang ditandai : keluarga sering bertanya tentang penyakit anaknya.
Tujuan
: Pengetahuan keluarga bertambah tentang penyakit anaknya.
Kriteria
hasil :
1.
Keluarga tidak sering bertanya tentang penyakit anaknya.
2.
Keluarga mampu diikutsertakan dalam proses keperawatan.
3.
keluarga mentaati setiap proses keperawatan.
Rencana Tindakan :
1.
Kaji tingkat pengetahuan keluarga
Rasional : Mengetahui sejauh mana pengetahuan yang
dimiliki keluarga dan kebenaran informasi yang didapat.
2.
Beri penjelasan kepada keluarga sebab dan akibat kejang demam
Rasional : penjelasan tentang kondisi yang dialami dapat
membantu menambah wawasan keluarga
3.
Jelaskan setiap tindakan perawatan yang akan dilakukan.
Rasional : agar keluarga mengetahui tujuan setiap tindakan
perawatan
4.
Berikan Health Education tentang cara menolong anak kejang dan
mencegah kejang demam, antara lain :
1.
Jangan panik saat kejang
2.
Baringkan anak ditempat rata dan lembut.
3.
Kepala dimiringkan.
4.
Pasang gagang sendok yang telah dibungkus kain yang basah, lalu
dimasukkan ke mulut.
5.
Setelah kejang berhenti dan pasien sadar segera minumkan obat
tunggu sampai keadaan tenang.
6.
Jika suhu tinggi saat kejang lakukan kompres dingin dan beri
banyak minum
7.
Segera bawa ke rumah sakit bila kejang lama.
Rasional : sebagai upaya alih informasi dan
mendidik keluarga agar mandiri dalam mengatasi masalah
kesehatan.
5.
Berikan Health Education agar selalu sedia obat penurun panas,
bila anak panas.
Rasional : mencegah peningkatan suhu lebih tinggi dan
serangan kejang ulang.
6.
Jika anak sembuh, jaga agar anak tidak terkena penyakit infeksi
dengan menghindari orang atau teman yang menderita penyakit menular sehingga
tidak mencetuskan kenaikan suhu.
Rasional : sebagai
upaya preventif serangan ulang
7.
Beritahukan keluarga jika anak akan mendapatkan imunisasi agar
memberitahukan kepada petugas imunisasi bahwa anaknya pernah menderita kejang
demam.
Rasional : imunisasi pertusis memberikan reaksi panas yang
dapat menyebabkan kejang demam
5.
Resiko
terjadi kontraktur berhubungan dengan kejang spastik berulang
Tujuan :
Tidak terjadi kontraktur (2minggu)
Kriteria hasil :
Tidak terjadi kotruktur
-
Klien
dapat menggerakkan anggota gerak
Intervensi :
1. Berikan
penjelasan pada ibu klien tentang penyebab terjadinya spastikdan terjadinya
kekakuan sendi
R/ Dengan diberi penjelasan diharapkan
keluarga mengerti dan mau mambantu rencana tindakan yang akan
diberikan
2. Lakukan latihan pasif secara
bertahap mulai dari ujung jari secara bertahap.
R/ Melatih melemaskan otot-otot, mencegah
kontraktur.
3. Lakukan perubahan posisi
setiap 2jam
R/ Dengan melakukan perubahan posisi di harapkan
melatih otot-otot.
DAFTAR PUSTAKA
Axtonb,
Sharon Ennis & Terry Fugate. (1993). Pediatric Cre Plans. USA: A Devision
of The Benjamin/ Cummings Publishing Company Inc.
Catzel,
Pincus & Ian robets. (1990). Kapita Seleta Pediatri Edisi II. alih bahasa oleh Dr. yohanes gunawan. Jakarta: EGC.
Whalley &
wong. (1991). Nursing Care of Infant and Children Volume II book 1. USA: CV. Mosby-Year book. Inc
Marilynn E. Doenges;2000
Tidak ada komentar:
Posting Komentar