Flaming Arrow Glitter Purple
Semoga Kita selalu di Jalan yang Benar

Kamis, 16 April 2015

UROLITHIASIS




A.    PENGERTIAN
Urolithiasis merupakan penyakit yang salah satu dari gejalanya adalah pembentukan batu didalam saluran kemih.

B.     ETIOLOGI
Teori pembentukan batu:
1.      Teori Nukleus: Kristal benda asing merupakan tempat pengendapan kristal pada urine yang sudah mengalami supersaturasi.
2.      Teori Matriks: Matriks organic yang berasal dari semua atau protei-protein urine yang memberikan kemungkinan pengendapan kristal
3.      Teori Inhibitor Kristalisasi: Beberapa substansi dalam urine menghambat terjadinya kristalisasi, konsentrasi yang rendah atau absesnya substansi ini memungkinkan terjadinya kristalisasi.
Etiologi batu saluran kemih:
-          Idiopatik
-          Gangguan aliran air kemih
·         Fimosis
·         Striktur Meatus
·         Hipertropi prostat
·         Refluks vesiko-ureteral
·         Kontriksi hubungan ureteropelvik
-          Gangguan metabolisme
·         Hiperparatiroidisme
·         Hiperuresemia
·         hiperkalsiuria
-          Infeksi saluran kemih oleh mikroorganisme berdaya membuat uroase (proteusmitabilis)
-          Dehisrasi
·         Kurang minum, suhu lingkungan yang tinggi

-          Benda asing
·         Fragmen kateter
·         Telur sistosoma
-          Jaringan mati (nekrosis pupil)
-          Multifaktor
·         Anak dinegara berkembang
·         Penderita multitrauma

VERTIGO



  1. Pengertian.
Vertigo adalah perasaan yang abnormal, mengenai adanya gerakan penderita sekitarnya atau sekitarnya terhadap penderita; tiba-tiba semuanya serasa berputar atau bergerak naik turun dihadapannya. Keadaan ini sering disusul dengan muntah-muntah, bekringat, dan kolaps. Tetapi tidak pernah kehilangan kesadaran. Sering kali disertai gejala-gejala penyakit telinga lainnya.

  1. Tanda dan Gejala.
Jenis vertigo ini merupakan sindrom vestibular yang paling sering dijumpai dalam praktek klinis. Pasien dengan kelainan ini tidak mengalami vertigo bila duduk atau berdiri diam tapi serangann timbul bila terjadi perubahan posisi ( misalnya sedang tidur terlentang ke depan dan ke belakang kemudian miring ke posisi yang terganggu ). Atau gerakan kepala atau badan, umumnya gerakan kedepan dan ke belakang yang memicu vertigo, vertigo biasanya hanya berlangsung beberapa detik. Perubahan posisi kepala menghebat vertigo dan helitonitis vestibulans dan beberapa vertigo lain yaitu perifer atau sentra, tetapi pada gejala ini hanya timbul setelah gerakan kepala tertentu.

ISOLASI SOSIAL ATAU MENARIK DIRI



I.              KONSEP DASAR
Isolasi adalah keadaan dimana individu atau kelompok mengalami atau merasakan kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan keterlibatan dengan orang lain tetapi tidak mampu untuk membuat kontak ( Carpenito, 1998 )
Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena orang lain menyatakan sikap yang negatif dan mengancam (Towsend,1998)
Seseorang dengan perilaku menarik diri akan menghindari interaksi dengan orang lain. Individu merasa bahwa ia kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan untuk membagi perasaan, pikiran dan prestasi atau kegagalan. Ia mempunyai kesulitan untuk berhubungan secara spontan dengan orang lain, yang dimanivestasikan dengan sikap memisahkan diri, tidak ada perhatian dan tidak sanggup membagi pengalaman dengan orang lain (DepKes, 1998).

HALUSINASI



A.    PENGERTIAN 
             Halusinasi adalah tanggapan (persepsi) panca indera tanpa rangsang dari luar diri (external).  Halusinasi  dapat berupa halusinasi dengar, lihat, hidu (cium), raba dan kecap.  (Keliat, 1998 : 5).
             Halusinasi suatu pengalaman sensorik tanpa dasar yang mencukupi dalam  rangsangan  luar, namun demikian pasien  menentukan letak asalnya di
luar dirinya sendiri.  ( Left, 1995 : 68 ).
             Halusinasi akustik (pendengaran) sering berbentuk akoasma, suara-suara yang kacau balau yang tidak dapat dibedakan secara tegas dan phonema, suara-suara yang terbentuk suara yang jelas seperti yang berasal dari manusia, hewan atau mesin. (RSJP Banjarmasin, 2001 : 3).                                            
             Jadi dapat disimpulkan bahwa halusinasi adalah persepsi terhadap rangsang dari luar yang tidak nyata dan meskipun rangsangan tidak ada, pasien seolah-olah merasakan dalam keadaan sadar.  Menurut H. G. Morgan dan M. H. Morgan (1991: 42), bentuk halusinasi auditorik/pendengaran yang paling banyak yaitu 95 % dimana halusinasi pendengaran adalah mendengar suara-suara dan bunyi tanpa stimulus nyata dan orang lain.

STROKE



A. PENGERTIAN
Stroke adalah kondisi dimana terjadi gangguan neurologi baik lokal maupun yang terjadi secara mendadak akibat perdarahan subdural. Menurut WHO stroke adalah gangguan fungsional otak yang terjadi secara mendadak atau akut dengan tanda klinis lokal yang berlangsung kurang lebih 24 jam.
Penyakit ini dapat menimbulkan kematian yang disebabkan oleh gangguan perdarahan subarachnoid (kematian jaringan otak), tidak termasuk disini gangguan perdarahan spinal misalnya faktor-faktor sosiologis, tumor, infeksi (WHO, 1989)
Stroke merupakan gangguan fungsi syaraf otak yang disebabkan oleh gangguan pembuluh darah dimana terjadi secara mendadak (dalam beberapa detik) atau secara tepat dan (dalam beberapa jam) timbul gangguan.
Peninggian tekanan darah kadang-kadang merupakan satu-satunya penyebab stroke dan muncul setelah terjadi komplikasi pada ginjal, mata, otak, dan jantung (Mansjoer, 1982)

B. TANDA DAN GEJALA
Menurut Agus Demage 1992, gangguan yang paling sering dijumpai penderita umumnya dikelompokkan atas empat macam, yaitu:
1.      Adalah gangguan fungsi sensorik yang dapat berupa hipianekheria dan anasthesia, gangguan pernafasan dan gangguan rasa lidah.
2.      Doskenesia adalah gangguan fungsi motorik dapat berupa hemiplegia, paralisme (kehilangan total dari kekuatan motoriknya)
3.      By Pario adalah gangguan berbicara yang menyebabkan gangguan komunikasi.
4.      By Mentia adalah gangguan mental dengan manifestasi sebagai neurologis, psikologis dan reaksi depresi.

PNEUMONIA



A.     PENGERTIAN
Pneumonia adalah suatu radang paru yang disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing. Atau pneumonia adalah suatu peradangan alveoli atau pada perenchim paru yang terjadi pada anak.
Bronkhopneumonia adalah pneumonia yang terjadi pada lobulus paru yang disebut juga Pneumonia Lobularis.

B.     ETIOLOGI
1.      Virus
2.      Bakteri
3.      Mycoplasma
4.      Aspirasi benda asing, dan lain-lain.

ANGINA PECTORIS



I.     PENGERTIAN
          Angina Pectoris adalah suatu sindrom klinis berupa serangan sakit dada yang khas, yaitu seperti ditekan atau terasa di dada yang sering kali menjalar ke lengan kiri.  Hal ini biasa timbul pada saat pasien melakukan aktivitas dan segera hilang saat aktivitas dihentikan (Ilmu Penyakit Dalam Syaifoellah).
          Angina Pectoris adalah sindrom yang ditandai dengan nyeri paroksimal di dada bagian anterior.  Nyeri ini diakibatkan oleh kurangnya aliran darah koroner yang berakibat hipoksia miokard.  Nyeri ini sangat bervariasi secara khas diawali dari prekardium dan sternum bagian atas menjalar kebahu kiri dan dapat terus menurun ke aspek dalam lengan menuju jari-jari.  Selain nyeri.  Pasien menderita ketakutan dan perasaan akan meninggal (Farmakologi untuk Keperawatan dr. San Tambayong).
          Pengertian lain Angina Pectoris adalah sydroma klinik yang disebabkan oleh gangguan serius keseimbangan antara suplai dan         kebutuhan O2.  Iskemia sementara terjadi ketika kebutuhan O2                 miokardium melebihi kapasitas karena penyakit / penyempitan arteri yang membawa O2.
          Faktor predisposisi termasuk obesitas, hiperkolesterolemia, aritmia, hipertensi, anemia, dan hiper tiroidisme, serangan akut dapat dipicu oleh stress emosional, biakan banyak, usaha mendadak, atau kedinginan.
          Angina Pectoris biasanya berkaitan dengan penyakit jantung koroner oterosklerotik, tapi dalam beberapa kasus dapat merupakan kelanjutan               dari itenosis oarta berat, insufisiensi atau hipertropi kardointepati tanpa / disertai abestruksi, oortitis sifilitika.  Peningkatan kebutuhan metabolik (seperti hipertiroidisme atau pasca pengobatan tiroid), anemia yang                      jelas tokikardi paroksismal dengan frekuensi vertikular cepat kembali atau spasme koroner.

LAPORAN PENDAHULUAN CHF



1.      Pengertian.
CHF adalah gagal jantung kongestif yaitu kegagalan jantung bekerja secara normal sehingga timbul gejala-gejala dan tanda-tanda akibat kelainan pada jantung tersebut baik kelainan ini  pada katup dan otot jantung.
Menurut Brgunworld gagal jantung adalah suatu keadaan patofisiologi adanya kelainan fungsi jantung berakibat jantung gagal memompakan darah memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan dan atas kemampuannya ada disertai peninggian tekanan pengisian ventrikel kiri.
Menurut Parker gagal jantung kongestif merupakan suatu syndrom klinis yang rumit yang ditandahi dengan adanya donormalitas fungsi ventrikel kiri dan kelainan reguler neatohormonal disertai dengan intoleransi kemampuan kerja fisik (iffort intoleransi)

2.      Etiologi.
1)      Infeksi pada paru-paru.
2)      Demam / febris.
3)      Anemia ( akut dan menahun )
4)      Tidak teratur minum obat seperti diuretik dan digitalis atau tidak diet DG.
5)      Beban cairan yang berlebihan ( pemberian pengobatan dengan infus )
6)      Terjadinya infark jantung yang berulang
7)      Hipertensi uncontrol
8)      Stress emosional
9)      Keadaan-keadaan hight out put.
10)  Melakukan pekerjaan berat apalagi mendadak ( latihan naik tangga )

DEMAM TIFOID



PENGERTIAN
Demam tifoid adalah penyakit menular yang bersifat akut, yang ditandai dengan bakterimia, perubahan pada sistem retikuloendotelial yang bersifat difus, pembentukan mikroabses dan ulserasi Nodus peyer di distal ileum. (Soegeng Soegijanto, 2002)
Tifus abdominalis adalah suatu infeksi sistem yang ditandai demam, sakit kepala, kelesuan, anoreksia, bradikardi relatif, kadang-kadang pembesaran dari limpa/hati/kedua-duanya. (Samsuridjal D dan heru S, 2003)  

Etiologi


Salmonella typhi yang menyebabkan infeksi invasif yang ditandai oleh demam, toksemia, nyeri perut, konstipasi/diare. Komplikasi yang dapat terjadi antara lain: perforasi usus, perdarahan, toksemia dan kematian. (Ranuh, Hariyono, dan dkk. 2001)
Etiologi demam tifoid dan demam paratipoid adalah S.typhi, S.paratyphi A, S.paratyphi b dan S.paratyphi C. (Arjatmo Tjokronegoro, 1997)

Patofisiologis

Transmisi terjadi melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi urin/feses dari penderita tifus akut dan para pembawa kuman/karier.
Empat F (Finger, Files, Fomites dan fluids) dapat menyebarkan kuman ke makanan, susu, buah dan sayuran yang sering dimakan tanpa dicuci/dimasak sehingga dapat terjadi penularan penyakit terutama terdapat dinegara-negara yang sedang berkembang dengan kesulitan pengadaan pembuangan kotoran (sanitasi) yang andal. (Samsuridjal D dan heru S, 2003)
Masa inkubasi demam tifoid berlangsung selama 7-14 hari (bervariasi antara 3-60 hari) bergantung jumlah dan strain kuman yang tertelan. Selama masa inkubasi penderita tetap dalam keadaan asimtomatis. (Soegeng soegijanto, 2002).

Tanda Gejala

Gejala klinis pada anak umumnya lebih ringan dan lebih bervariasi dibandingkan dengan orang dewasa. Walaupun gejala demam tifoid pada anak lebih bervariasi, tetapi secara garis besar terdiri dari demam satu minggu/lebih, terdapat gangguan saluran pencernaan dan gangguan kesadaran. Dalam minggu pertama, keluhan dan gejala menyerupai penyakit infeksi akut pada umumnya seperti demam, nyeri kepala, anoreksia, mual, muntah, diare, konstipasi, serta suhu badan yang meningkat.
Pada minggu kedua maka gejala/tanda klinis menjadi makin jelas, berupa demam remiten, lidah tifoid, pembesaran hati dan limpa, perut kembung, bisa disertai gangguan kesadaran dari ringan sampai berat. Lidah tifoid dan tampak kering, dilapisi selaput kecoklatan yang tebal, di bagian ujung tepi tampak lebih kemerahan. (Ranuh, Hariyono, dan dkk. 2001)
Sejalan dengan  perkembangan penyakit, suhu tubuh meningkat dengan gambaran ‘anak tangga’. Menjelang akhir minggu pertama, pasien menjadi bertambah toksik. (Vanda Joss & Stephen Rose, 1997)
Gambaran klinik tifus abdominalis
Keluhan:
- Nyeri kepala (frontal)                                           100%
- Kurang enak di perut                                            50%
- Nyeri tulang, persendian, dan otot                          50%
- Berak-berak                                                          50%
- Muntah                                                                  50%
Gejala:
- Demam                                                                 100%
- Nyeri tekan perut                                                 75%
- Bronkitis                                                              75%
- Toksik                                                                  >60%
- Letargik                                                                >60%
- Lidah tifus (“kotor”)                                              40%

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Darah Perifer Lengkap
Dapat ditemukan leukopeni, dapat pula leukositosis atau kadar leukosit normal. Leukositosis dapat terjadi walaupun tanpa disertai infeksi sekunder.

Pemeriksaan SGOT dan SGPT
SGOT dan SGPT sering meningkat, tetapi akan kembali normal setelah sembuh. Peningkatan SGOT dan SGPT ini tidak memerlukan penanganan khusus

Pemeriksaan Uji Widal
Uji Widal dilakukan untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap bakteri Salmonella typhi. Uji Widal dimaksudkan untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum penderita Demam Tifoid. Akibat adanya infeksi oleh Salmonella typhi maka penderita membuat antibodi (aglutinin) yaitu :
Aglutinin O: karena rangsangan antigen O yang berasal dari tubuh bakter
Aglutinin H: karena rangsangan antigen H yang berasal dari flagela bakter
Aglutinin Vi: karena rangsangan antigen Vi yang berasal dari simpai bakter 
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglitinin O dan H yang digunakan untuk diagnosis Demam Tifoid. Semakin tinggi titernya semakin besar kemungkinan menderita Demam Tifoid. (Widiastuti Samekto, 2001)

Terapi
Kloramfenikol. Dosis yang diberikan adalah 4 x 500 mg perhari, dapat diberikan secara oral atau intravena, sampai 7 hari bebas panas
Tiamfenikol. Dosis yang diberikan 4 x 500 mg per hari.
Kortimoksazol. Dosis 2 x 2 tablet (satu tablet mengandung 400 mg sulfametoksazol dan 80 mg trimetoprim)
Ampisilin dan amoksilin. Dosis berkisar 50-150 mg/kg BB, selama 2 minggu
Sefalosporin Generasi Ketiga. dosis 3-4 gram dalam dekstrosa 100 cc, diberikan selama ½ jam per-infus sekali sehari, selama 3-5 hari

Golongan Fluorokuinolon
·         Norfloksasin              : dosis 2 x 400 mg/hari selama 14 hari
·         Siprofloksasin            : dosis 2 x 500 mg/hari selama 6 hari
·         Ofloksasin                 : dosis 2 x 400 mg/hari selama 7 hari
·         Pefloksasin                : dosis 1 x 400 mg/hari selama 7 hari
·         Fleroksasin                : dosis 1 x 400 mg/hari selama 7 hari
Kombinasi obat antibiotik. Hanya diindikasikan pada keadaan tertentu seperti: Tifoid toksik, peritonitis atau perforasi, syok septik, karena telah terbukti sering ditemukan dua macam organisme dalam kultur darah selain kuman Salmonella typhi. (Widiastuti S, 2001)

Diagnosa yang mungkin muncul

Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak ada nafsu makan, mual, dan kembung
Risiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan kurangnya intake cairan, dan peningkatan suhu tubuh

Daftar Pustaka
Arif Mansjoer, Suprohaitan, Wahyu Ika W, Wiwiek S. Kapita Selekta Kedokteran. Penerbit Media Aesculapius. FKUI Jakarta. 2000.
Arjatmo Tjokronegoro & Hendra Utama. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Edisi ke Tiga. FKUI. Jakarta. 1997.
 Behrman Richard. Ilmu Kesehatan Anak. Alih bahasa: Moelia Radja Siregar & Manulang. Editor: Peter Anugrah. EGC. Jakarta. 1992.
Joss, Vanda dan Rose, Stephan. Penyajian Kasus pada Pediatri. Alih bahasa Agnes Kartini. Hipokrates. Jakarta. 1997.
Ranuh, Hariyono dan Soeyitno, dkk. Buku Imunisasi Di Indonesia, edisi pertama. Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta. 2001.
 Samsuridjal Djauzi dan Heru Sundaru. Imunisasi Dewasa. FKUI. Jakarta. 2003.
Sjamsuhidayat. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi revisi. EGC. Jakarta. 1998.
Soegeng Soegijanto. Ilmu Penyakit Anak, Diagnosa dan Penatalaksanaan. Salemba Medika. Jakarta. 2002.
Suriadi & Rita Yuliani. Buku Pegangan Praktek Klinik Asuhan Keperawatan pada Anak. Edisi I. CV Sagung Seto. Jakarta. 2001.
Widiastuti Samekto. Belajar Bertolak dari Masalah Demam Typhoid. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang. 2001.