Flaming Arrow Glitter Purple
Semoga Kita selalu di Jalan yang Benar

Senin, 27 Mei 2013

MENINGITIS PADA ANAK




MENINGITIS Pada ANAK

a.         Pengertian

Meningitis bakterial adalah suatu keadaan dimana meningens atau selaput dari otak mengalami inflamasi oleh karena bakteri (Marilynn E. Doenges;2000;76).

b.         Etiologi dan karakteristik

Infeksi/ keadaan inflamasi dari meningens ini lebih sering disebabkan oleh beberapa bakteri berikut, antara lain; Haemophilus Influenzae (tipe B), naisseria meningitidis (meningococus), dan streptokokus (Marilynn E. Doenges;2000;76).
Bakterial meningitis adalah manifestasi yang muncul akibat adanya bakteri yang melakukan invasi didalam selaput otak. Invasi bakteri ke otak dapat terjadi secara langsung maupun tak langsung. Invasi bakteri secara tak langsung dapat berupa adanya pencetus sebelumnya seperti pneumonia, otitis media, sinusitis dimana bakteri ikut didalam aliran darah dan mencapai selaput otak serta mengadakan invasi.
Invasi bakteri dapat secara langsung misalnya adanya trauma kepala, luka tembus atau adanya intervensi operasi sehingga bakteri dapat langsung mengenai selaput otak.

c.         Manifestasi klinis

Penyakit ini biasanya dimanifestasikan dalam bentuk adanya infeksi general pada umumnya seperti demam, mungkin juga didapati adanya sakit kepala yang hebat, photophobia, kaku kuduk, didapatinya tanda kernig dan tanda brudzinski.

d.         Terapi dan Penatalaksanaan

Terapi pilihan pada bayi yang telah mengalami meningitis bakterial dengan komplikasi hidrocephalus adalah dilakukan pembedahan dengan tujuan untuk pemasangan shunt guna mengalirkan cerebrospinal fluid yang tersumbat di dalam otak. Ada beberapa jenis shunt antara lain (VP) ventrikulo peritoneal shunt dan (VA) ventriculoatrial shunt.
Penatalaksanaan pada bayi dengan hidrocehalus adalah pemberian posisi head up dan pengawasan pemberian cairan yang adekuat.

HEMOSTASIS





Komponen penting dalam sistem Hemostasis
Sistem Hemostasis pada dasarnya terbentuk dari tiga kompartemen hemostasis yang sangat penting dan sangat berkaitan yaitu trombosit, protein darah dan jaring-jaring pembuluh darah. Agar terjadi peristiwa hemostasis yang normal, trombosit harus mempunyai fungsi dan jumlah yang normal. Sistem protein darah sangat berperan penting tidak hanya sebagai protein pembekuan akan tetapi sangat berperan dalam dalam fisiologi perdarahan dan trombosis. 

Pembuluh darah
Pembuluh darah sangat besar peranannya dalam sistem hemostasis. Dinding pembuluh darah terdiri dari tiga lapisan morfologis: intima, media, dan adventitia. Intima terdiri dari (1) selapis sel endotel non trombogenik yang berhubungan langsung dengan pembuluh darah dan (2) membran elastik interna. Media dibentuk oleh sel otot polos yang ketebalannya tergantung dari jenis arteri dan vena serta ukuran pembuluh darah. Adventitia terdiri dari suatu membran elastik eksterna dan jaringan penyambung yang menyokong pembuluh darah tersebut. Gangguan pembuluh darah yang terjadi seringkali berupa terkelupasnya sel endotel yang diikuti dengan pemaparan kolagen subendotel dan membran basalis. Gangguan ini terjadi akibat asidosis, endotoksin sirkulasi, dan komplek antigen/antibodi sirkulasi.
Fungsi pembuluh darah meliputi permiabilitas yang apabila meningkat akan berakibat kebocoran pembuluh darah fragilitas yang apabila meningkat menyebabkan pecahnya pembuluh darah dan vaso konstriksi yang menyebabkan sumbatan vaskuler.

 Trombosit
Trombosit merupakan komponen sistem hemostasis yang amat penting dan kompleks. Trombosit adalah kuntum sel yang dihasilkan dari megakariosit. Trombosit tidak punya inti dan disusun dari suatu zona perifer yang terdiri dari  suatu glukokaliks sebelah luar, membran plasma, dan suatu sistem kanalikuler yang terbuka. Dalam zona perifer terdapat suatu zona "sol-gel" yang tersusun dari mikrotubulus, mikrofilamen, tubulus yang padat dan trombostenin yaitu protein trombosit yang dapat berkerut. Zona organel mengandung bahan-bahan padat, granula alfa dan mitokondria. Trombosit berbentuk bulat kecil atau cakram oval. Diameternya 2-4 mikron. Sel megakariosit yang menghasilkan trombosit merupakan sel yang sangat besar dalam susunan hemopoitik yang berada dalam sum-sum tuilang dan tidak meninggalkannya untuk memasuki darah.
Konsentrasi normal trombosit dalam darah adalah antara 150.000-350.000 mm kubik. Meskipun tidak mempunyai inti, trombosit mempunyai ciri fungsional sebagai sebuah sel. Dalam sitoplasma terdapat molekul aktif seperti : (1) aktin dan miosin yang menyebabkan trombosit berkontraksi, (2) sisa retikulum endoplasma dan aparatus golgi yang mensintesis enzim dan menyimpan besar ion kalsium, (3) sistem enzim yang mampu membentuk ATP dan ADP, (4) sistem enzim yang mensintesis prostaglandin, (5) suatu protein penting yaitu faktor pemantap fibrin, dan (6) faktor pertumbuhan yang dapat menyebabkan penggandaan dan pertumbuhan sel endotel pembuluh darah. Pada membran sel trombosit terdapat lapisan glikoprotein yang menyebabkan trombosit bisa melekat pada pembuluh darah yang luka, terutama pada sel endotel yang rusak dan jaringan kolagen yang terbuka. Trombosit juga mengandung fosfolipid yang dapat mengaktifkan salah satu sistem pembekuan darah yang disebut sistem intrinsik. Pada membran trombosit terdapat enzim adenilat siklase yang bila diaktifkan dapat menyebabkan pembentukan AMP siklik yang menggiatkan aktifitas dalam trombosit. Jadi trombosit merupakan struktur yang sangat aktif, waktu paruhnya 8-12 hari setelah itu mati. Trombosit kemudian diambil dari sirkulasi, terutama oleh makrofag jaringan. Lebih dari separuh trombosit diambil oleh makrofag pada waktu darah melewati kisi trabekula yang tepat. (Guyton, 1997)

HIRSCHPRUNG



Laporan Pendahuluan
HIRSCHPRUNG



I.       Pengertian
Penyakit Hirschprung adalah kelainan bawaan penyebab gangguan pasase usus (Ariff Mansjoer, dkk. 2000). Dikenalkan pertama kali oleh Hirschprung tahun 1886. Zuelser dan Wilson , 1948 mengemukakan bahwa pada dinding usus yang menyempit tidak ditemukan ganglion parasimpatis.

II.    Etiologi
Penyakit ini disebabkan aganglionosis Meissner dan Aurbach dalam lapisan dinding usus, mulai dari spingter ani internus ke arah proksimal, 70 % terbatas di daerah rektosigmoid, 10 % sampai seluruh kolon dan sekitarnya 5 % dapat mengenai seluruh usus sampai pilorus.

III. Komplikasi.
Enterokolitis nekrotikans, pneumatosis usus, abses perikolon, perforasi dan septikemia.

IV. Penatalaksanaan.
1.      Konservatif. Pada neonatus dilakukan pemasangan sonde lambung serta pipa rektal untuk mengeluarkan mekonium dan udara.
2.      Tindakan bedah sementara. Kolostomi pada neonatus, terlambat diagnosis, eneterokolitis berat dan keadaan umum buruk.
3.      Tindakan bedah defenitif. Mereseksi bagian usus yang aganglionosis dan membuat anastomosis.

V.    Asuhan Keperawatan.
A.    Pengkajian.
  1. Identitas.
Penyakit ini sebagian besar ditemukan pada bayi cukup bulan dan merupakan kelainan tunggal. Jarang pada bayi prematur atau bersamaan dengan kelainan bawaan lain. Pada segmen aganglionosis dari anus sampai sigmoid lebih sering ditemukan pada anak laki-laki dibandingkan anak perempuan.  Sedangkan kelainan yang melebihi sigmoid bahkan seluruh kolon atau usus halus ditemukan sama banyak pada anak laki-laki dan perempuan (Ngastiyah, 1997).
  1. Riwayat Keperawatan.
a.       Keluhan utama.
Obstipasi merupakan tanda utama dan pada bayi baru lahir. Trias yang sering ditemukan adalah mekonium yang lambat keluar (lebih dari 24 jam setelah lahir), perut kembung dan muntah berwarna hijau. Gejala lain adalah muntah dan diare.
b.      Riwayat penyakit sekarang.
Merupakan kelainan bawaan yaitu obstruksi usus fungsional. Obstruksi total saat lahir dengan muntah, distensi abdomen dan ketiadaan evakuasi mekonium. Bayi sering mengalami konstipasi, muntah dan dehidrasi. Gejala ringan berupa konstipasi selama beberapa minggu atau bulan yang diikuti dengan obstruksi usus akut. Namun ada juga yang konstipasi ringan, enterokolitis dengan diare, distensi abdomen, dan demam. Diare berbau busuk dapat terjadi.
c.       Riwayat penyakit dahulu.
Tidak ada penyakit terdahulu yang mempengaruhi terjadinya penyakit Hirschsprung.
d.      Riwayat kesehatan keluarga.
Tidak ada keluarga yang menderita penyakit ini diturunkan kepada anaknya.
e.       Riwayat kesehatan lingkungan.
Tidak ada hubungan dengan kesehatan lingkungan.
f.       Imunisasi.
Tidak ada imunisasi untuk bayi atau anak dengan penyakit Hirschsprung.
g.      Riwayat pertumbuhan dan perkembangan.
h.      Nutrisi.
  1. Pemeriksaan fisik.
a.       Sistem kardiovaskuler.
Tidak ada kelainan.
b.      Sistem pernapasan.
Sesak napas, distres pernapasan.
c.       Sistem pencernaan.
Umumnya obstipasi. Perut kembung/perut tegang, muntah berwarna hijau. Pada anak yang lebih besar terdapat diare kronik. Pada colok anus jari akan merasakan jepitan dan pada waktu ditarik akan diikuti dengan keluarnya udara dan mekonium atau tinja yang menyemprot.
d.      Sistem genitourinarius.
e.       Sistem saraf.
Tidak ada kelainan.
f.       Sistem lokomotor/muskuloskeletal.
Gangguan rasa nyaman.
g.      Sistem endokrin.
Tidak ada kelainan.
h.      Sistem integumen.
Akral hangat.
i.        Sistem pendengaran.
Tidak ada kelainan.

  1. Pemeriksaan diagnostik dan hasil.
a.       Foto polos abdomen tegak akan terlihat usus-usus melebar atau terdapat gambaran obstruksi usus rendah.
b.      Pemeriksaan dengan barium enema ditemukan daerah transisi, gambaran kontraksi usus yang tidak teratur di bagian menyempit, enterokolitis pada segmen yang melebar dan terdapat retensi barium setelah 24-48 jam.
c.       Biopsi isap, mencari sel ganglion pada daerah sub mukosa.
d.      Biopsi otot rektum, yaitu pengambilan lapisan otot rektum.
e.       Pemeriksaan aktivitas enzim asetilkolin esterase dimana terdapat peningkatan aktivitas enzim asetilkolin eseterase.


B.     Masalah pemenuhan kebutuhan dasar (pohon masalah).


 
 
Diagnosa Keperawatan
1.      Gangguan eliminasi BAB : obstipasi berhubungan dengan spastis usus dan tidak adanya daya dorong.
2.      Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang inadekuat.
3.      Kekurangan cairan tubuh berhubungan muntah dan diare.
4.      Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan adanya distensi abdomen.
5.      Koping keluarga tidak efektif berhubungan dengan keadaan status kesehatan anak.


D.    Perencanaan Keperawatan
Diagnosa Keperawatan
Perencanaan Keperawatan
Tujuan dan criteria hasil
Intervensi
Rasional
Gangguan eliminasi BAB : obstipasi berhubungan dengan spastis usus dan tidak adanya daya dorong.

Pasien tidak mengalami ganggguan eliminasi dengan kriteria defekasi normal, tidak distensi abdomen.
1.      Monitor cairan yang keluar dari kolostomi
2.      Pantau jumlah cairan kolostomi

3.      Pantau pengaruh diet terhadap pola defekasi

Mengetahui warna dan konsistensi feses dan menentukan rencana selanjutnya
Jumlah cairan yang keluar dapat dipertimbangkan untuk penggantian cairan
Untuk mengetahui diet yang mempengaruhi pola defekasi terganggu.
Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang inadekuat.

Kebutuhan nutrisi terpenuhi dengan kriteria dapat mentoleransi diet sesuai kebutuhan secara parenteal atau per oral.
1.      Berikan nutrisi parenteral sesuai kebutuhan.
2.      Pantau pemasukan makanan selama perawatan
3.      Pantau atau timbang berat badan.
Memenuhi kebutuhan nutrisi dan cairan

Mengetahui keseimbangan nutrisi sesuai kebutuhan 1300-3400 kalori
Untuk mengetahui perubahan berat badan
Kekurangan cairan tubuh berhubungan muntah dan diare.

Kebutuhan cairan tubuh terpenuhi dengan kriteria tidak mengalami dehidrasi, turgor kulit normal.
1.     Monitor tanda-tanda dehidrasi.

2.     Monitor cairan yang masuk dan keluar.
3.     Berikan caiaran sesuai kebutuhan dan yang diprograrmkan

Mengetahui kondisi dan menentukan langkah selanjutnya
Untuk mengetahui keseimbangan cairan tubuh
Mencegah terjadinya dehidrasi

Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan adanya distensi abdomen.

Kebutuhan rasa nyaman terpenuhi dengan kriteria tenang, tidak menangis, tidak mengalami gangguan pola tidur
1.          Kaji terhadap tanda nyeri

2.          Berikan tindakan kenyamanan : menggendong, suara halus, ketenangan
3.          Berikan obat analgesik sesuai program
Mengetahui tingkat nyeri dan menentukan langkah selanjutnya
Upaya dengan distraksi dapat mengurangi rasa nyeri
Mengurangi persepsi terhadap nyeri yamg kerjanya pada sistem saraf pusat

Daftar Pustaka

Kuzemko, Jan, 1995, Pemeriksaan Klinis Anak, alih bahasa Petrus Andrianto, cetakan III, EGC, Jakarta.

Lyke, Merchant Evelyn, 1992, Assesing for Nursing Diagnosis ; A Human Needs Approach,J.B. Lippincott Company, London.

Mansjoer, dkk. 2000, Kapita Selekta Kedokteran, ed.3, Media Aesculapius, Jakarta.

Ngastiyah, 1997, Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta.

PARTUS NORMAL



LAPORAN PENDAHULUAN
PARTUS NORMAL

1.      Pengertian
Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi yang cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran placenta dan selaput janin dari tubuh ibu.

2.      Macam-Macam Persalinan
a.       Persalinan Spontan
Bila persalinan ini berlangsung dengan kekuatan itu sendiri dan melalui jalan lahir
b.      Persalinan Anjuran
Bila bayi sudah cukup besar untuk hidup diluar tetapi tidak demikian besarnya sehingga menimbulkan kesulitan dalam persalinan. Kadang-kadang persalinan tidak mulai dengan sendirinya tetapi baru berlangsung setelah pemecahan ketuban, pemberian piroxin atau prostaglandin.
Faktor yang Memegang Peranan dan Kerjasama sehingga terjadi persalinan:
c.       Penurunan Oxytocyn
d.      Keregangan otot-otot
e.       Pengaruh janin

3.      Pembagian Persalinan
1.      Kala I atau kala pembukaan
Dimulai dari his persalinan yang pertama sampai pembukaan serviks menjadi lengkap
2.      Kala II atau kala pengeluaran
Dimulai dari pembukaan lengkap sampai lahirnya bayi
3.      Kala III atau kala uri
Dimulai dari lahirnya bayi sampai lahirnya placenta
4.      Kala IV atau kala pengawasan
Dimulai dari lahirnya placenta sampai 2 jam post partum
4.      Tenaga yang Mendorong Anak Keluar
a.       His                               : Kontraksi otot-otot rahim pada persalinan
b.      Tenaga mengedan       : Tenaga ini serupa dengan tenaga mengedan waktu kita BAB tetapi jauh lebih kuat

5.      Perubahan-Perubahan dalam Uterus dan Jalan Lahir dalam Persalinan
a.       Keadaan segmen atas dan segmen bawah rahim pada persalinan
b.      Perubahan bentuk rahim
c.       Perbatasan pada serviks
d.      Perubahan pada serviks
e.       Pembukaan dari serviks
f.       Perubahan pada vagina dan dasar panggul

6.      Gerakan-Gerakan Anak pada Persalinan
a.       Turunnya kepala
b.      Flexsi
c.       Putaran faksi dalam
d.      Extensi
e.       Putaran faksi luar, putaran balasan
f.       Mekanisme pada posisi

7.      Jalannya Persalinan Secara Klinis
a.       Tanda-tanda bahwa persalinan sudah dekat
b.      Tanda-tanda persalinan
c.       Kala I
d.      Kala II
e.       Kala III
f.       Kala IV
g.      Lamanya persalinan
h.      Hal-hal yang mempengaruhi jalannya persalinan  secara umum
i.        Faktor-faktor yang secara umum mempengaruhi prognosa kehamilan
8.      Pimpinan Persalinan Biasa
a.       Pimpinan kala I
b.      Pimpinan kala II
c.       Lahirnya anak
d.      Pimpinan kala III
e.       Kala III
f.       Pengawasan perdarahan post partum
g.      Episiotomi
h.      Pemeriksaan anak

9.      Diagnosa Keperawatan dan Intervensi:
a.       Gangguan rasa nyaman; nyeri b.d adanya luka episiotomi
Intervensi:
-          Monitor TTV
-          Beri posisi yang nyaman
-          Ajarkan tekhnik relaksasi
-          Berikan analgetik sesuai order dokter
b.      Potensial terjadinya infeksi b.d adanya luka episiotomi
Intervensi:
-          Lakukan tindakan dengan tekhnik aseptic dan antiseptik
-          Monitor TTV
c.       Gangguan rasa nyaman ; nyeri b.d kontraksi uterus
Intervensi:
-          Anjurkan pasien untuk memiringkan badannya
-          Anjurkan pasien untuk menarik nafas dalam
-          Ajarkan tekhnik relaksasi dan distraksi

DAFTAR PUSTAKA
“Obstetri dan Genekologi” Edisi-1983. Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Bandung.